TV

Sabtu, 14 Mei 2011



Baca Selengkapnya...

Radio

Radio Al Qur'an


Radio Islam House


Radio Rodja



Radio Suara Wahdah

popup
Baca Selengkapnya...

syarat dan adab dalam berdo’a

syarat dan adab dalam berdo’a

by Warisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam on Wednesday, March 30, 2011 at 5:37am

1. Ikhlash, hadirnya hati, dan mengharap do’anya dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai lagi main-main (tidak bersungguh-sungguh).” (HR. At-Tirmidzi)

2.  Tidak terburu-buru

Sikap sabar dan tidak terburu-buru dalam berdo’a merupakan syarat dan adab dikabulkannya sebuah do’a. Sebaliknya, terburu-buru dan tidak sabar dalam berdo’a merupakan penghalang dikabulkannya do’a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan hal ini dalam sabdanya:

Akan dikabulkan do’a salah seorang diantara kalian selama ia tidak terburu-buru (dalam do’anya) dan berkata: “Saya telah berdo’a, tapi belum juga dikabulkan!” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu). Dalam riwayat Muslim dengan lafazh: “Senantiasa dikabulkan do’a seorang hamba selama ia tidak berdo’a dalam perkara dosa atau dalam rangka memutus hubungan silaturrahim, serta tidak terburu-buru.” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apa maksudnya terburu-buru (dalam do’a)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Yaitu orang yang berdo’a tersebut berkata: ‘Saya sudah berdo’a dan berdo’a, tapi belum juga dikabulkan.’ Kemudian ia jenuh/bosan untuk berdo’a dan akhirnya meninggalkan do’a (tidak lagi berdo’a).”

Makna terburu-buru dalam berdo’a disini yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits, yakni terburu-buru untuk melihat hasil do’anya. Dan bukan maknanya, terburu-buru dalam melafazhkan do’a, walaupun yang demikian ini mengurangi adab dalam berdo’a.

3. Menjauhi perkara yang haram

Diantara penghalang terkabulnya do’a adalah makan, minum, berpakaian dari apa-apa yang diharamkan Allah subhanahu wa ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan Allah telah memerintahkan kaum mukminin dengan apa-apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman: “Wahai para rasul, Makanlah dari yang baik-baik dan beramal sholehlah. Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa-apa yang kalian lakukan.”
Dan juga firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang Kami rizkikan kepada kalian.”

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan rambutnya acak-acakan dan penuh debu, kemudian ia (laki-laki tersebut) mengangkat tangannya ke langit (seraya berdo’a), “Ya Rabbi, ya Rabbi,” akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dari yang haram. Maka bagaimanakah do’anya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan kita selaku umatnya dari hal-hal yang haram, baik makanan, minuman, pakaian, serta hasil usaha yang haram yang mana itu semua merupakan penghalang terbesar dikabulkannya do’a.

4. Mengangkat tangan ketika berdo’a

Sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

5. Memilih waktu-waktu dikabulkan do’a

Memperhatikan waktu-waktu yang mustajab (waktu-waktu do’a dikabulkan) merupakan hal penting bagi seorang yang berdo’a. Yang mana pada waktu-waktu tersebut sangat besar kemungkinan do’a dikabulkan, maka diantara waktu-waktu mustajab yang disebutkan oleh ulama berdasarkan dalil dari Al-Qur`an maupun hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih adalah: Sepertiga malam akhir, antara adzan dan iqamah, akhir waktu Ashar hari Jum’at, ketika sujud, ketika safar, ketika berpuasa, akhir dari shalat lima waktu (yakni ketika sebelum salam).

Jika terpenuhi pada sebuah do’a syarat dan adabnya, serta tidak adanya penghalang, dan dilakukan pada waktu-waktu yang mustajab, maka hampir-hampir do’a tersebut tidak ditolak oleh Allah subhanahu wa ta’ala, serta do’a tersebut benar-benar berfungsi seperti sebuah senjata ampuh yang memberikan manfaat bagi pemiliknya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Baca Selengkapnya...

Sunnah Qailullah

Sunnah Qailullah
(Tidur Siang)

Tidur di pagi hari adalah perkara yang di benci. Sebaliknya, tidur siang adalah amalan sunnah yang di anjurkan, disamping hal itu baik untuk kesehatan. Tidur siang ini juga dilakukan untuk menyelisihi setan yang tidak tidur siang. Disisi lain, tidur siang juga sangat membantu kita agar kita bangun di malam hari mengerjakan shalat malam.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tidur sianglah, karena setan-setan tidak tidur siang.” (di shahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits Shahihah (1647)

Khawaat bin Jubeir berkata:
“Tidur di awal siang(pagi hari) adalah kejahilan, tidur di tengah hari adalah kemuliaan akhlak dan tidur di akhir siang(sore hari) adalah kedunguan.”(Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad dan sanadnya di shahihkan oleh al-Albani(947))

Para ulama’ menyebutkan bahwa waktu qailuulah ini adalah sebelum dhuhur, kecuali hari jum’at, hendaknya di lakukan sesudah shalat jum’at. Anas bin Malik radhiallahu’anhu menyebutkan bahwa para sahabat biasanya mengerjakan shalat jum’at kemudian melakukan qailuulah.(Al-Bukhari dalam adabul Mufrad dan di shahihkan Al-Albani (945).

Sumber : MuslimTips.com
Baca Selengkapnya...